Penerapan Artificial Intelligence pada Industri Alas Kaki – Peran dan manfaat teknologi AI kini mulai dirasakan juga pada sektor industri non teknis seperti industri fashion salah satunya industri sepatu. Peran kecerdasan buatan dalam industri sepatu akan berkembang pesat di masa depan.
Penerapan Artificial Intelligence pada Industri Alas Kaki
airmaxnike – Pasalnya, industri alas kaki merupakan salah satu sektor yang terdampak oleh Internet of Things dan perangkat seluler, sehingga banyak data yang dikumpulkan mengenai penerapan kedua teknologi tersebut. Bahkan, industri ini diharapkan bisa menjadi wahana utama penerapan kecerdasan buatan di industri fashion.
Marketsandmarkets memperkirakan bahwa AI di pasar mode akan tumbuh dari $228 juta pada tahun 2019 menjadi $1,260 juta pada tahun 2024, dengan CAGR sebesar 40,8% selama periode ini.
Laporan ini juga memperkirakan bahwa Asia Pasifik akan menjadi kawasan dengan CAGR tertinggi, didorong oleh faktor-faktor seperti adopsi media sosial dan perluasan bisnis lokal serta inisiatif pemerintah terkait teknologi AI. Sementara itu, Amerika Utara akan menjadi pasar kecerdasan buatan terbesar di industri fesyen pada tahun 2024.
Laporan Marketsandmarks ini juga mengungkap pendorong utama pertumbuhan AI di pasar fesyen, termasuk kebutuhan pelanggan akan pengalaman yang lebih personal. Kebutuhan akan manajemen inventaris dan semakin besarnya pengaruh media sosial di industri fashion juga akan mempengaruhi pertumbuhan AI dan fashion selama tiga tahun ke depan.
Desain sesuai dengan kaki pemakainya
Sepatu sneakers harus semenarik mungkin, karena perhatian dan penjualan konsumen sangat bergantung pada penampilan produk pada saat konsumen memakainya. Dan yang lebih penting lagi, apakah sepatu tersebut pas di kaki konsumen atau tidak.
Berdasarkan fakta tersebut, Nike meluncurkan Nike Fit, alat pengukur sepatu digital. Nike Fit dapat merekomendasikan ukuran yang tepat untuk setiap model sepatu yang diinginkan konsumen.
Alat ini menggabungkan kekuatan visi komputer, pembelajaran mesin, ilmu data, dan algoritma rekomendasi. Pengguna diminta memindai kakinya menggunakan kamera smartphone. Nike Fit mengumpulkan 13 titik data dalam hitungan detik untuk memetakan morfologi kaki pelanggan. Informasi ini kemudian disimpan di profil pelanggan yang harus menjadi anggota NikePlus terlebih dahulu. Informasi ini digunakan ketika pelanggan membeli sepatu.
Untuk mengimplementasikan AI, Nike juga mengakuisisi Celect, yang mengembangkan AI prediktif dan analisis cloud. Nike menggunakan teknologi Celect di aplikasi dan situs web SNKRS, membantu perusahaan meningkatkan strategi penjualan langsungnya. Nike mengklaim bahwa penjualan langsung berdasarkan kecerdasan buatan dan analisis meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 12%, atau 30% dari total pendapatan.
Pencetakan 3D untuk Sepatu
Bekerja sama dengan AutoDesk, Under Armour, sebuah perusahaan alas kaki dan pakaian olahraga Amerika, menggunakan kecerdasan buatan dan pencetakan 3D untuk membuat sepatu yang dicetak dan mulus. Didesain ringan, tahan lama, dan nyaman di kaki pemakainya, sneaker ini memiliki midsole yang ditopang struktur kisi kristal (lattice).
AutoDesk terlibat setelah konsep desain Under Armour selesai. Pembelajaran mesin dan sistem kecerdasan buatan AutoDesk, biasanya digunakan untuk menguji desain baru, menghitung berbagai aspek desain sepatu kets, mulai dari daya tahan hingga tampilan akhir produk. Jika program AutoDesk menunjukkan lampu hijau, model dikirim ke pencetakan tiga dimensi (pencetakan 3D).
Verifikasi Keaslian
Saat pasar dibanjiri produk bajakan, para pemilik merek alas kaki besar seperti Adidas, Nike, Puma dan lainnya mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Penyedia teknologi otentikasi produk Entrupy menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi keaslian produk. Solusi yang diberi nama Legit Check Tech (LCT) ini terdiri dari aplikasi dan perangkat keras.
Anda dapat mengecek keaslian produk dengan meletakkan sepatu yang sudah diperiksa ke dalam perangkat LCT. LCT yang dilengkapi delapan kamera kemudian memotret produk (sepatu) dari berbagai sudut.
Aplikasi smartphone pengguna kemudian secara otomatis mengunggah foto setelah digabungkan dengan gambar produk asli. Kecerdasan buatan membantu menganalisis foto dengan mengidentifikasi nomor identifikasi sepatu dan mencocokkannya dengan nomor di database produsen sepatu.
Kecerdasan buatan sebagai pelatih
Dengan kecerdasan buatan, berkat teknologi berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh perusahaan bernama Runvi, sepatu juga bisa menjadi “pelatihan” untuk berlari. Sepatu dengan fungsi kecerdasan buatan ini dilengkapi dengan 30 titik tekanan pada dua sol dan accelerometer yang bertugas mengumpulkan data gaya berlari penggunanya.
Sepatu ini juga memiliki “otak” bernama Core yang sensornya memasukkan dan menyimpan data sebelum dikirimkan ke smartphone pengguna. Setelah data dikumpulkan, program “melatih” pengguna dengan benar dalam menggunakan sepatu lari. Ini menunjukkan data saat pengguna berlatih berlari. Aplikasi ini juga memberikan tips sebelum memulai latihan lari pengguna, yang dirumuskan berdasarkan hasil analisis data gaya lari pengguna.
Contoh lain penerapan AI datang dari startup Bolt, pengembang sepatu merek B. Boltt menggunakan kecerdasan buatan untuk memberikan umpan balik audio dinamis yang dipersonalisasi berdasarkan data real-time tentang kinerja dan latihan pengguna. Proses ini didukung oleh sedikit uang dari Boltt dalam bentuk aturan, algoritma, dan pembelajaran mesin yang sangat kompleks. Menampilkan aktivitas sehari-hari, termasuk deteksi tidur/istirahat otomatis sepanjang hari, sepatu pintar ini membantu pengguna tetap pada jalur tujuan kebugaran mereka.
Baca juga : Sepatu Berteknologi Tinggi
Ada juga perusahaan yang mengembangkan sepatu dengan SmartSoles yang dapat melacak lokasi penderita Alzheimer atau demensia lainnya, penderita autis, dan penderita cedera otak traumatis yang cenderung mengalami kebingungan saat bepergian sendirian. Sepatu yang dilengkapi GPS juga dapat dikenakan oleh orang-orang yang dapat diculik, seperti jurnalis, pegawai pemerintah, dan eksekutif bisnis.
Untuk mengimplementasikan AI, Nike juga mengakuisisi Celect, yang mengembangkan AI prediktif dan analisis cloud. Nike menggunakan teknologi Celect di aplikasi dan situs web SNKRS, membantu perusahaan meningkatkan strategi penjualan langsungnya.
Nike mengklaim bahwa penjualan langsung berdasarkan kecerdasan buatan dan analisis meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 12%, atau 30% dari total pendapatan.
Pencetakan 3D untuk Sepatu
Bekerja sama dengan AutoDesk, Under Armour, sebuah perusahaan alas kaki dan pakaian olahraga Amerika, menggunakan kecerdasan buatan dan pencetakan 3D untuk membuat sepatu yang dicetak dan mulus. Didesain ringan, tahan lama, dan nyaman di kaki pemakainya, sneaker ini memiliki midsole yang ditopang struktur kisi kristal (lattice).
Setelah konsep desain Under Armour selesai, AutoDesk pun terlibat. Pembelajaran mesin dan sistem kecerdasan buatan AutoDesk, biasanya digunakan untuk menguji desain baru, menghitung berbagai aspek desain sepatu kets, mulai dari daya tahan hingga tampilan akhir produk. Jika program AutoDesk menunjukkan lampu hijau, model dikirim ke pencetakan tiga dimensi (pencetakan 3D).
Baca juga : Bagaimana AI Memprediksi Tempat Wisata
Verifikasi Keaslian
Saat pasar dibanjiri produk bajakan, para pemilik merek alas kaki besar seperti Adidas, Nike, Puma dan lainnya mencari cara untuk mengatasi masalah ini.
Penyedia teknologi otentikasi produk Entrupy menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi keaslian produk. Solusi yang diberi nama Legit Check Tech (LCT) ini terdiri dari aplikasi dan perangkat keras.
Anda dapat memverifikasi keaslian produk dengan menempatkan sepatu yang akan diperiksa di perangkat LCT. LCT yang dilengkapi delapan kamera kemudian memotret produk (sepatu) dari berbagai sudut.
Aplikasi smartphone pengguna kemudian secara otomatis mengunggah foto setelah digabungkan dengan gambar produk asli. Kecerdasan buatan membantu menganalisis foto dengan mengidentifikasi nomor tag pada sepatu dan mencocokkannya dengan nomor di database produsen sepatu.
Kecerdasan buatan sebagai pelatih
Dengan kecerdasan buatan, sepatu juga bisa menjadi “pelatihan” untuk berlari, berkat teknologi berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh perusahaan bernama Runvi. Sepatu dengan fungsi kecerdasan buatan ini dilengkapi dengan 30 titik tekanan di dua sol dan accelerometer yang bertugas mengumpulkan data gaya berlari penggunanya.
Sepatu ini juga memiliki “otak” bernama Core yang sensornya memasukkan dan menyimpan data sebelum dikirimkan ke smartphone pengguna. Setelah data dikumpulkan, program “melatih” pengguna dengan benar dalam menggunakan sepatu lari. Ini menunjukkan data saat pengguna berlatih berlari. Aplikasi ini juga memberikan tips sebelum memulai latihan lari pengguna, yang dirumuskan berdasarkan hasil analisis data gaya lari pengguna.
Contoh lain penerapan AI datang dari startup Bolt, pengembang sepatu merek B. Boltt menggunakan kecerdasan buatan untuk memberikan umpan balik audio dinamis yang dipersonalisasi berdasarkan data real-time tentang kinerja dan latihan pengguna. Proses ini didukung oleh sedikit uang dari Boltt dalam bentuk aturan, algoritma, dan pembelajaran mesin yang sangat kompleks. Dengan mencatat aktivitas sehari-hari, termasuk deteksi tidur/istirahat otomatis sepanjang hari, sepatu pintar ini membantu pengguna tetap pada jalur tujuan kebugaran mereka.
Ada juga perusahaan yang mengembangkan sepatu dengan SmartSoles yang dapat melacak lokasi penderita Alzheimer atau demensia lainnya, penderita autis, dan penderita cedera otak traumatis yang cenderung mengalami kebingungan saat bepergian sendirian. Sepatu yang dilengkapi GPS juga dapat dikenakan oleh orang-orang yang dapat diculik, seperti jurnalis, pegawai pemerintah, dan eksekutif bisnis.